Selama ini para ilmuwan berpendapat bahwa Aepyornis maximus, salah satu spesies burung gajah yang pernah hidup di Madagaskar merupakan burung terbesar yang pernah hidup di dunia.
Namun melalui penemuan terbaru, rekor A. maximus ini nampaknya harus tergeser. Ilmuwan berhasil mengidentifikasi spesies burung gajah lain yang punya ukuran lebih besar. Ilmuwan menyebutnya dengan Vorombe titan.
Spesies ini memiliki postur badan sangat besar layaknya dinosaurus, dengan berat rata-rata 800 kg atau sebanding dengan Europasaurus, sauropoda kecil atau dinosaurus berleher panjang. Saat berdiri burung yang hidup di Madagaskar 1000 tahun yang lalu itu akan setinggi 3 meter atau 20 cm lebih tinggi dari burung unta. Sama seperti burung besar lain, spesies ini pun tidak bisa terbang.
"Ini benar-benar mengejutkan. Saya pikir burung terbesar adalah Aepyornis maximus dan V.titan hanyalah contoh yang lebih besar dari spesies yang sama," kata James Hansford, peneliti di Zoological Society of London Institute of Zoology.
Temuan ini berdasarkan analisis ratusan tulang burung gajah yang disimpan di museum di seluruh dunia. Beberapa tulang tidak utuh lagi, tetapi Hansford merancang program komputer untuk mengisi kekosongan tersebut.
Setelah melakukan pemrograman di komputer, Hansford menyadari jika tulang-tulang yang dia analisis tidak memiliki kecocokan dengan genus burung gajah yang selama ini diketahui. Keluarga burung gajah (Aepyornithidae) dibagi dalam dua genus, Aepyornis dan Mullerornis.
"Setelah melihat lebih dekat, V. titan benar-benar berbeda. Baik itu dalam hal ukuran serta bentuk sehingga harus dibuat genus yang terpisah," ujar Hansford. "Saya memilih nama Vorombe, yang berarti burung besar di Malagasi," imbuhnya.
Meskipun Vorombe merupakan burung yang luar biasa besar, pola makannya tak beda dengan burung modern. Vorombe memakan tumbuhan, buah-buahan, biji serta dedauan dan mungkin juga sesekali makan serangga.
Itu mengapa Vorombe serta burung gajah dari genus lainnya berperan dalam menyebarkan tanaman melalui memakan biji dan membuangnya. Saat mereka punah, lanskap Madagaskar pun juga turut berubah. Tidak diragukan lagi, mereka memiliki dampak signifikan pada penciptaan dan pemeliharaan lanskap di Madagaskar kuno.
Hingga kini tidak ada yang sepenuhnya yakin mengapa burung-burung raksana ini punah sekitar 1000 sampai 1200 yang lalu. Namun Hansford sendiri pernah mengungkapkan jika dalang dibalik kepunahan mereka adalah manusia.
Bandar Q Domino 99 Domino QQ Poker Online Terbaik Dan Terpercaya