Pada 1989, Dr. George Rodonaia imigrasi ke Amerika Serikat. Sebelumnya, dia adalah dokter penyakit jiwa di Uni Soviet dan juga seorang ateis yang teguh. Dia pernah mengalami suatu pengalaman klinis hampir mati yang paling panjang pada tahun 1976.
Setelah George ditabrak mobil, ia dinyatakan mati. Jenazahnya diletakkan di ruang mayat selama 3 hari, hingga ada seorang dokter melakukan autopsi di bagian perut, ia baru bangkit kembali. Sejak itu, George beralih ke bidang penelitian mempelajari ruh dan meraih gelar dokter dalam bidang psikologi agama. Pengalaman mati surinya dicatat dalam karya Philip L. Berman berjudul Perjalanan Pulang Kembali.
Dalam buku itu, George mengaku bahwa dalam mati surinya seolah-olah ia berada dalam kegelapan. Namun, dia tidak merasakan sakit, meski dalam hatinya dihantui rasa takut yang sangat akut. Dan dia juga masih ingat kalau dirinya adalah George.
Hal serupa juga dialami Bob Woodruff, ketika ia terluka parah saat perang Irak pada 2006. Setelah mobilnya menabrak improvisasi alat peledak, Mr Woodruff teringat bagaimana tubuhnya mengembang dan melihat cahaya putih beberapa menit saat ia tidak sadarkan diri.
Dan masih banyak lagi pengalaman mati suri yang lain, tampak ada beberapa pola yang sama dan ada pula yang berbeda meski sedikit. Lalu apa sebenarnya Mati suri itu sendiri?
Near Death Experiences (NDE) atau pengalaman mati suri sering digambarkan sebagai satu perasaan yang kadang-kadang terjadi ketika seseorang hampir mati atau telah dinyatakan meninggal secara klinis.
Banyak korban selamat melaporkan pengalaman saat keluar dari tubuhnya. Mereka terasa melihat kilatan cahaya, memiliki kesadaran menjelang kematian, bertemu sanak famili yang ditinggalkan dan merasakan ketenangan perasaan serta hilangnya rasa sakit.
Para ilmuwan memiliki pendapat berbeda tentang mengapa mereka mengalami hal itu, yang paling populer disebut 'mati-otak secara hipotesa', di mana ketika otak berada di bawah tekanan, otak akan melepas luapan neuro-chemical yang menciptakan kilatan cahaya, kedamaian dan ketenangan.
Beberapa ahli berteori bahwa gangguan saraf atau kelebihan beban informasi yang dikirim ke korteks visual otak menciptakan gambaran cahaya terang yang berangsur-angsur menjadi lebih besar. Otak dapat menafsirkan hal ini sebagai bergerak di terowongan gelap.
Peneliti dari Universitas George Washington bernama Lakhmir Chawla mengatakan bahwa pengalaman mati suri bisa disebabkan oleh gelombang energi listrik saat otak kehabisan oksigen. Saat aliran darah melambat dan tingkat oksigen habis, sel-sel otak memicu satu implus listrik terakhir.
Seorang peneliti dan peraih gelar doktor filsafat dari Universitas Virginia Dr Raymond A Moody pernah meneliti fenomena mati suri dan hasilnya dibukukan dalam karya berjudul Life After Life. Hasilnya, orang mati suri rata-rata memiliki pengalaman yang hampir sama. Masuk lorong waktu dan ingin dikembalikan ke dunia.